Jumat, 04 Maret 2011

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw (dikembangkan oleh Elliot Aronson dkk), pada dasarnya adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah atau persoalan. Model pembelajaran ini sangat cocok digunakan saat siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi yang beragam tetapi dalam satu bahasan, misalnya pada  materi fisika kelas VIII tentang Pesawat Sederhana.

Pada materi Pesawat Sederhana, materi yang dibahas adalah Tuas (golongan 1, 2 dan 3), Katrol (tetap, tunggal bergerak dan majemuk) dan bidang miring.

Apabila seorang siswa mempelajari materi teresebut di atas secara sendirian, maka akan menimbulkan kesulitan dalam menampung informasi yang beragam (walaupun mempunyai konsep yang sama, yaitu gaya dan usaha). Hal ini dapat diatasi dengan cara memecah informasi yang akan disampaikan kepada siswa menjadi materi-materi yang terpisah, misalnya seorang siswa diberi materi tuang golongan 1, siswa lain diberi materi tuas golongan 2 dan seterusnya, sehingga materi-materi tersebut di atas diberikan kepada 7 siswa. kemudian tujuh orang siswa tadi saling berbagi informasi tentang materi yang telah dibahasnya. Proses saling melengkapi pengetahuan inilah yang dikenal dengan istilah "Jigsaw". Selain saling berbagi informasi, diharapkan terjadi proses "Peer teaching" dimana tiap siswa menjadi guru bagi teman-teman sejawatnya.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw secara garis besar adalah sebagai berikut :
  1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang jumlah anggotanya disesuaikan dengan jumlah materi  yang akan dibahas. Kelompok ini diberi nama kelompok asal
  2. Setelah kelompok asal selesai dibentuk, dibentuk kelompok baru yang diberi nama kelompok pakar. Kelompok ini jumlah anggotanya tidak ditentukan, tetapi jumlah kelompoknya ditentukan sejumlah materi yang akan dibahas.
  3. Tiap kelompok pakar membahas materinya masing-masing.
  4. Setelah kelompok pakar selesai berdiskusi, masing-masing anggoat kelompok pakar kembali ke kelompok asalnya. masing-masing anggota yang baru kembali tersebut kemudian saling berbagi informasi tentang materi yang telah dibahasnya di dalam kelompok pakar dengan cara "peer teaching".
  5. Setelah langkah ke-4 selesai, tiap kelompok diberi tugas/soal yang jawabannya kemudian dipresentasikan di depan kelas atau cukup mengumpulkan jawaban dari soal yang diberikan.

Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw

Kelebihan :
  1. Materi yang relatif banyak dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat
  2. Sesuai namanya "Jigsaw", yang berarti "gergaji" yang bergerak bolak-balik, maka siswa yang menjadi anggota tim ahli, melakukan pembelajaran dua kali, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan harus mampu menjelaskan kepada teman sekelompoknya di kelompok asal. Apabila diharuskan mempresentasikan atau mempertahankan argumennya, maka pembelajarannya bertambah lagi.
Kekurangan :
  1. Saat pembentukan kelompok ahli, adakalanya waktu banyak terbuang.
  2. Dalam satu kelompok (baik ahli maupun asal), akan terjadi ketidakseimbangan peran apabila ada siswa yang lebih menonjol dari yang lain tetapi tidak dapat bekerjasama dalam tim, atau sebaliknya ada siswa yang kemampuannya kurang dari anggota kelompoknya.

Saran :
  • Faktor heterogenitas dalam kelompok asal harus betul-betul diperhatikan
  • Materi yang diberikan kepada siswa tidak boleh materi berprasyarat
  • Sebelum dilaksanakan model pembelajaran Jigsaw, harus diyakinkan dulu bahwa seluruh siswa telah mengerti dan mampu mengikuti aturan main  dalam pembentukan kelompok asal maupun ahli.

3 komentar:

  1. OK Pak, it is Ok By Abd M

    BalasHapus
  2. Kedepannya khusus untuk Blog MGMP TIK Wilayah Rengasdengklok atau mungkin bentuk yang lain untuk sharing antar guru TIK...perlu diwujudkan Pak.., demi kemajuan organisasi and anak-anak bangsa didikan kita dibidang IT.. By Abd M

    BalasHapus