Senin, 28 Maret 2011

PPKHB

PPKHB

PPKHB (Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar) merupakan salah satu program Perguruan Tinggi negeri maupun swasta yang bertujuan meringankan beban studi yang harus ditempuh olah mahasiswa lanjutan untuk mencapai jenjang/strata pendidikan tertentu, misalnya S1 atau S2.

Pada dasarnya PPKHB diperuntukkan bagi mahasiswa yang sudah bekerja (PNS atau non PNS) yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 atau S2 terutama calon mahasiswa kependidikan, misalnya UPI, UNJ, UNESA, FKIP di beberapa universitas, dll.

Calon mahasiswa Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan PPKHB diharuskan membuat portofolio yang berisi riwayat pendidikan dan pekerjaan. (contoh format klik di sini). 

Proses penilaian portofolio PPKHB lebih ketat dibandingkan dengan penilaian portofolio sertifikasi. Pada portofolio sertifikasi dimungkinkan seseorang mendapat nilai dari kegiatan sekolah yang tidak berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang diampunya, misalnya seorang guru Fisika yang di sekolahnya menjabat PKS bidang kesiswaan yang dalam jabatannya membimbing siswa untuk melakukan pertandingan olahraga. Di dalam PPKHB kegiatan tersebut tidak termasuk kegiatan yang dinilai, tetapi apabila anak yang dibimbingnya berkompetisi dalam Olimpiade Sains Nasional bidang Fisika, maka kegiatan pembimbingan tersebut mendapat nilai sesuai dengan porsi yang telah ditetapkan.

Setiap calon mahasiswa berhak mengumpulkan poin untuk pengurangan beban sks sebanyak-banyaknya, akan tetapi ada batas minimal sks yang harus ditempuh, sehingga sebesar apapun nilai yang diperoleh dalam PPKHB, apabila sudah mencapai nilai maksimum (batas minimum beban sks), maka nilai tersebut tidak dapat mengurangi lagi beban sks yang harus ditempuh, misalnya sebuah Perguruan Tinggi menetapkan batas minimal SKS yang harus ditempuh sebesar 18 SKS.  Apabila seorang calon mahasiswa sudah mendapat pengurangan beban sks maksimal sehingga tersisa 18 sks yang harus ditempuh, maka berapun nilai tambahan dari portofolionya, tidak akan mengurani lagi beban sks yang harus ditempuhnya.

Pada umumnya PPKHB diutamakan bagi calon mahasiswa Dual Modes, yaitu suatu sistem perkuliahan yang menggabungkan sistem tatap muka dan sistem belajar mandiri. Mahasiswa Dual Modes mengikuti perkuliahan berdasarkan jadwal yang sudah ditetapkan oleh Perguruan Tinggi penyelenggara. Pada umumnya program Dual Modes dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu. Hal ini mengingat mahasiswa yang mengikuti program ini adalah para pegawai, terutama guru (PNS maupun non PNS).

Jumat, 04 Maret 2011

Dana Hibah APBN

Dana Hibah APBN Untuk Mata Pelajaran Non UN

Baru-baru ini, pemerintah menghibahkan dana bagi MGMP-MGMP Non UN. Dana bantuan tersebut dikucurkan melalui LPMP di beberapa propinsi, diantaranya adalah Propinsi Jawa Barat.

Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten yang mendapat kucuran dana tersebut. pada tanggal 23 Februari 2011 seluruh pengurus MGMP SMP tingkat komisariat non UN di Kabupaten Karawang dikumpulkan di Aula Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang. Tujuan pertemuan tersebut adalah sosialisasi program bantuan sekaligus sebagai pengarahan mengenai petunjuk teknis pembuatan proposal block grant tersebut.

Proposal yang sudah selesai harus dikumpulkan paling lambat pada hari Senin, tanggal 28 Februari 2011. Berikut adalah salah satu contoh proposal yang dibuat oleh MGMP TIK, untuk lebih lengkapnya klik di sini

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw (dikembangkan oleh Elliot Aronson dkk), pada dasarnya adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah atau persoalan. Model pembelajaran ini sangat cocok digunakan saat siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi yang beragam tetapi dalam satu bahasan, misalnya pada  materi fisika kelas VIII tentang Pesawat Sederhana.

Pada materi Pesawat Sederhana, materi yang dibahas adalah Tuas (golongan 1, 2 dan 3), Katrol (tetap, tunggal bergerak dan majemuk) dan bidang miring.

Apabila seorang siswa mempelajari materi teresebut di atas secara sendirian, maka akan menimbulkan kesulitan dalam menampung informasi yang beragam (walaupun mempunyai konsep yang sama, yaitu gaya dan usaha). Hal ini dapat diatasi dengan cara memecah informasi yang akan disampaikan kepada siswa menjadi materi-materi yang terpisah, misalnya seorang siswa diberi materi tuang golongan 1, siswa lain diberi materi tuas golongan 2 dan seterusnya, sehingga materi-materi tersebut di atas diberikan kepada 7 siswa. kemudian tujuh orang siswa tadi saling berbagi informasi tentang materi yang telah dibahasnya. Proses saling melengkapi pengetahuan inilah yang dikenal dengan istilah "Jigsaw". Selain saling berbagi informasi, diharapkan terjadi proses "Peer teaching" dimana tiap siswa menjadi guru bagi teman-teman sejawatnya.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw secara garis besar adalah sebagai berikut :
  1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang jumlah anggotanya disesuaikan dengan jumlah materi  yang akan dibahas. Kelompok ini diberi nama kelompok asal
  2. Setelah kelompok asal selesai dibentuk, dibentuk kelompok baru yang diberi nama kelompok pakar. Kelompok ini jumlah anggotanya tidak ditentukan, tetapi jumlah kelompoknya ditentukan sejumlah materi yang akan dibahas.
  3. Tiap kelompok pakar membahas materinya masing-masing.
  4. Setelah kelompok pakar selesai berdiskusi, masing-masing anggoat kelompok pakar kembali ke kelompok asalnya. masing-masing anggota yang baru kembali tersebut kemudian saling berbagi informasi tentang materi yang telah dibahasnya di dalam kelompok pakar dengan cara "peer teaching".
  5. Setelah langkah ke-4 selesai, tiap kelompok diberi tugas/soal yang jawabannya kemudian dipresentasikan di depan kelas atau cukup mengumpulkan jawaban dari soal yang diberikan.

Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw

Kelebihan :
  1. Materi yang relatif banyak dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat
  2. Sesuai namanya "Jigsaw", yang berarti "gergaji" yang bergerak bolak-balik, maka siswa yang menjadi anggota tim ahli, melakukan pembelajaran dua kali, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan harus mampu menjelaskan kepada teman sekelompoknya di kelompok asal. Apabila diharuskan mempresentasikan atau mempertahankan argumennya, maka pembelajarannya bertambah lagi.
Kekurangan :
  1. Saat pembentukan kelompok ahli, adakalanya waktu banyak terbuang.
  2. Dalam satu kelompok (baik ahli maupun asal), akan terjadi ketidakseimbangan peran apabila ada siswa yang lebih menonjol dari yang lain tetapi tidak dapat bekerjasama dalam tim, atau sebaliknya ada siswa yang kemampuannya kurang dari anggota kelompoknya.

Saran :
  • Faktor heterogenitas dalam kelompok asal harus betul-betul diperhatikan
  • Materi yang diberikan kepada siswa tidak boleh materi berprasyarat
  • Sebelum dilaksanakan model pembelajaran Jigsaw, harus diyakinkan dulu bahwa seluruh siswa telah mengerti dan mampu mengikuti aturan main  dalam pembentukan kelompok asal maupun ahli.